SEPEDA MERAH KIM

    Kali pertama melihat covernya di akun jualan teman, saya langsung tertarik. Sampul buku sederhana dengan dua warna dominan, merah dan putih. Lalu, fokus saya beralih pada siapa penulis buku. Aha...ternyata, Kim Dong Hwa. Saya mengenal penulis dari Korea itu saat "mengobrak-abrik" toko buku bekas di jalan Semarang, Surabaya. Entah tahun berapa, saya lupa. Dari buku "Trilogi Warna" yang tidak semua serinya saya punya itu, saya jatuh suka. Pada gambar juga filosofi yang disisipkan dalam karyanya.

    Saya pikir, buku "Sepeda Merah" seri 2 ini hanya akan berkisah tentang petualangan dan keseharian seorang tukang pos. Ternyata bukan itu saja yang diceritakan Kim dalam buku 166 lembar lebih ini. Ada kisah seorang suami yang menanam bunga kesukaan almarhum istrinya. Bunga Hollyhock itu diharapkan bisa menghangatkan hati putrinya yang sangat menyayangi sang ibu. Atau, cerita seorang ayah yang menguatkan hati anak perempuannya yang memutuskan untuk mengakhiri biduk rumah tangga. Ada juga seorang nenek yang berat hati saat diminta membuang mangkuk-mangkuk kesayangan cucunya. Meski sang menantu menganggap mangkuk-mangkuk itu sudah usang, bagi sang nenek barang itu menyimpan sejuta kenangan. Kisah-kisah yang diceritakan Kim dalam empat musim itu menurut saya kisah yang menguatkan hati, menumbuhkan harapan-harapan baru. 

    Membaca buku Sepeda Merah seri 2, saya merasakan kehangatan dari ikatan keluarga, tetangga, teman bahkan kehangatan seorang tukang pos pada semua penerima kiriman yang diantarnya. 
Dari buku yang terbit tahun 2003 ini, saya juga mendapatkan pelajaran lain. 

''Hidup boleh saja punya garis keras sendiri, tapi kita pun bisa luwes dengan belajar dari alam sekitar. Dari tunas yang tumbuh, biji yang menyembul dan penerimaan orang-orang tersayang''


 

    Meski ada beberapa bahasa pilihan Kim susah saya cerna, tapi saya berharap bisa dapat "Sepeda Merah" seri lain juga buku-buku karya Kim Dong Hwa yang berbeda. O, ya, buku ini juga menjadi buku favorit gadis kecil saya. Dia selalu mengulang-ulang membaca buku itu menjelang tidur. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DI MANA

Merindu si Hitam

PULANGLAH, KA