Komunitas Dan Kesepian

 



"Maju mundur".
Ikut malu tidak ikut pingin."
Begitu yang saya rasakan ketika kali pertama memutuskan untuk bergabung dalam komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis.
Rasa malu, kurang percaya diri dan minim kemampuan. Apalagi perasaan bukan siapa-siapa meliputi hati sejak saya memutuskan total menjadi ibu rumah tangga. Tetapi dorongan alami jiwa sosial manusia yang ingin berteman, diakui keberadaan diri, berkumpul mendesak-desak hati. Juga rasa bosan tiap hari dengan rutinitas sebagai ibu dengan dua orang anak.


"Bismillah."
Setelah beberapa kali ngobrol dengan suami, akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan komunitas yang diprakarsai mbak Indari Mastuti, penulis dengan banyak buku.
Meski merupakan komunitas yang dimulai dari facebook, ternyata animo ibu-ibu luar biasa. Bukan hanya ibu rumah tangga murni yang bergabung tapi juga mereka yang berkarier.
Komunitas IIDN memang berpusat di Jakarta. Seiring waktu komunitas yang dibangun untuk eksistensi ibu-ibu ini menjalar ke berbagai kota.
Surabaya, satu diantaranya.
Tidak hanya melulu saling belajar bagaimana menulis, komunitas IIDN juga melibatkan ibu untuk belajar dengan menghadiri berbagai seminar, workshop atau pelatihan-pelatihan lain yang intinya untuk pengembangan diri.
Apakah saya mengalami perubahan dengan ikut komunitas ini?
Ya. Sedikit banyak saya mulai bangkit dari perasaan "hanya ibu rumah tangga". 

Saya ikut beberapa kali pertemuan anggota komunitas IIDN cabang Surabaya. Bertemu dengan orang-orang baru dengan semangat luar biasa.
Sayang, sebagai anggota komunitas yang besar dan banyak sebarannya di Indonesia, saya kurang memaksimalkan potensi diri. Bila banyak anggota yang akhirnya bisa menulis solo, saya paling baru ikut antologi. Itu pun baru beberapa. Belum juga bisa menembus media cetak.
Meski tidak terlalu aktif berkomunitas, saya merasa senang.
Punya teman baru yang bisa menjadi mood booster untuk menulis dan menjadi penulis.
Walau, seberapa banyak komunitas yang kita ikuti tak akan menjamin impian terwujud tanpa keinginan kuat diri, setidaknya saya merasa tidak sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DI MANA

Merindu si Hitam

PULANGLAH, KA