Bredel "Anunya Kamu"
Dulu sekali, saya belum tahu apa itu menulis, bagaimana dan untuk apa. Saya juga tidak ingat sejak kapan beberapa lembar belakang buku tulis penuh dengan tulisan-tulisan absurb saya. Namun, saya pernah menghabiskan satu buku untuk menampung puisi-puisi curahan hati.
Tidak banyak jenis tulisan yang saya goreskan memang. Hanya curahan perasaan, sedih, senang bahkan rasa yang saya sendiri kadang tidak tahu bagaimana mendiskripsikannya. Akan tetapi, saya selalu merasa lega tiap kali menuntaskan satu tulisan.
Ada masa dimana saya merasa sangat bahagia dan bangga dengan karya "ala-ala" itu. Satu buah puisi saya dipajang di majalah dinding Sekolah Menengah Pertama. Sayang, puisi berjudul "Anunya Kamu" itu harus dibredel. Meski diinterogasi guru Fisika dan guru BP, tidak membuat saya jera untuk menulis dan menulis lagi.
Terima kasih, Mbak. Editannya sudah bagus.
BalasHapusNamun, ada yang kayak menggantung di bagian akhir. Diinterogasi guru, tidak buat jera. Jera untuk apa? Bisa ditambahkan sedikit ceritanya di bagian akhir.
Yang lain ok. Terus latihan ya, Mbak. Biar semakin lancar nulisnya.
Siap, Mbak...terima kasih:)
BalasHapus